Waktu hujan datang, saya selalu ingin melihatnya, mengejar dan tidak ingin ketinggalan walau hanya satu tetes yang jatuh. Diam diteras atau dibalik jendela adalah kebiasaan rutin saat hujan.
Untuk apa? Bengong?
Tentu saja tidak!
Hujan selalu membuat saya mengingat akan sebuah hal yang sempat terlupa atau sengaja dilupakan.
Membuat hati berkata “harusnya saya minta maaf!” Merapakatkan telapak tangan pada kaca jendela. Dan rasanya adalah dingin.
Entah ada apa dengan hujan. Hujan itu seperti damai yang turun dari langit. Seperti obat.
Saat dua orang bertengkar mereka akan berhenti saat hujan datang. Berlari dan pergi ketempat perlindungan masing-masing.
Atau membuat terpaku anak kecil yang sedang menangis.
Hujan memberi kita kesempatan untuk merenung dan bersyukur.
Membuat ibu menghubungi putra-putriya sekedar bertanya “dimana kamu?”
Berhenti sejenak dan berkata “aku rindu kamu”
Mampu menahan dua orang remaja digerbang sekolah dan meminta salah satu segera mengatakan “I Love You”.
Sayang, sebagian orang memilih dibawah selimut.
Hujan itu indah. Suaranya mengetuk-ngetuk diatas genting. Hujan menetes diujung daun.
Membuat jalanan basah. Membuat panas menjadi dingin.
Kadang ia datang bersama petir dan angin ribut. Bukan untuk menakut-nakuti! Hanya ingin mendengar doa kita dan mengingatkan akan Tuhannya.
Ada kalanya ia datang bersama banjir. Bukan untuk menyusahkan! Hanya ingin bilang “jangan buang sampah sembarangan”.
Dengar. Hujan itu bukan penghalang! Bukan sesuatu yang harus ‘ditakuti’ lalu berhenti didepan pintu. Menyimpan kembali tas dan sepatu . hujan hanya ingin ikut berbahagia denganmu. Ia seperti teman. Bisa diajak main dan kompromi.
Jadi ingat. Kapan terakhir hujan-hujanan?
22.58
Rindu hujan di malam hari
Tidak ada komentar:
Posting Komentar