Rabu, 14 Desember 2011

Kehilangan



Tuhan mungkin mengerti
Kala bersedih hati
Ini hanyalah mimpi
Bahkan pada tulisan sebelum ini
Mimpi, kemudian terjadi
Keingginan yang diutarakan penuh emosi 



Mungkin aku tau kapan hari kehilangan itu akan tiba. Akan datang saatnya dimana Tuhan akan mengambil kembali apa yang menjadi milikNya, apa yang Tuhan dipinjamkan untuk kami.  Bukan sepenuhnya kehilangan, hanya saja Tuhan ingin mengganti dengan yang lebih baik, mungkin jauh lebih baik. Meski dengan sedikit paksaan, dan sedikit pertengkaran.

Kehilangan hanya batas antara masa lalu dan masa depan. Mungkin kita berteriak “selamat datang masa depan” disaat yang sama kita menangis, mengenang masa kehilangan. Ini juga pernah aku rasakan saat harus pindah sekolah, atau saat kelulusan masa SMA. Kehilangan ibarat buku jatuh, yang isinya tak mungkin berceceran. Kenangannya tetap melekat kuat, karena kita telah menjelajahi isinya. Melipat disudut kertasnya, dibuka, ditutup, bahkan pernah menyelipkan setangkai mawar disana. Apapun, tetap saja kehilangan harus dihadapi.

Suatu saat, kita akan memiliki apa yang ingin kita miliki nanti. Kemudian ia akan hilang lagi.
Karena itulah kita harus siap. Siap saat memiliki dan siap kehilangan.

Seperti kata seorang teman “bukan berani, tapi siap!” Sangat kritis. Memang, ada benarnya.
Segala sesuatu harus dihadapi dengan siap bukan berani. Karena ada perbedaan besar antara keduanya. Berani belum tentu siap. Setiap orang bisa mengandalkan keberanian dalam segala hal.
Tapi ia mungkin tidak akan siap menghadapi setiap kemungkinan yang akan terjadi akibat keberaniannya tadi. Namun ketika seseorang merasa siap, sudah dipastikan ia akan berani. Berani karena ada persiapan sebelumnya.

Balik lagi soal kehilangan. 
Kehilangan ada untuk mengajarkan kita cara bersyukur saat memiliki. Karena keberadaan tidak untuk disia-siakan. Pada saat yang sama, mungkin kita akan merasa kecewa, murung, lelah apalagi harus mencari. Tetapi kehilangan juga harus dinikmati,seperti rasa kopi.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar