Dan lagi. Saya dapat kalimat bagus hari ini.
Ka Deny, saya biasa memanggilnya begitu. Kadang bingung juga sih.. harus manggil beliau dengan sebutan apa? Kak, sir.. atau apa ya? masalahnya dulu Ka Deny memang seorang kakak kelas ditempat kursus inggris kita. Ka Deny juga sering kali jadi guide kita waktu lagi conversation.
Oya. Ngomong-ngomong soal guide, i’m to be a guide lately! Haha dan itu menunjukkan progress yang besar buat saya. Asik deh!
Balik lagi ke Ka Deny yah. But now dia malah sudah mengajar.
Saya cukup kagum padanya, sejak pertama kali kita conversation bareng. Kenapa? Karena kata-kata dan kalimat spontannya itu selalu mengandung makna.
Ka Deny itu seorang mahasiswa psikologi disebuah universitas swasta. Saya pernah bertanya padanya soal membaca karakter dari wajah seseorang. Terus.. saya kira Ka Deny akan menjawab sesuai apa yang ia pelajari dikampusnya. Misalkan: orang yang lagi bohong itu... bla bla bla
Seperti yang pernah saya bahas juga dengan seorang mahasiswa-matematika yang justru lebih tau banyak soal psikologi. Dan ini lho, jawaban Ka Deny..
sebenernya kita ga bisa menjudge seseorang hanya dari wajah atau penampilan saja. “don’t judge book by it’s cover” bener juga sih. Diri kamu, yaa hanya kamu yang tahu!
Disamping itu masih banyak yang Ka Deny jelaskan, tapi ya hanya kalimat terakhir itu yan benar-benar saya ingat sampai sekarang. Kalimat itu juga yang membuat saya bertanya pada diri sendiri.. “seberapa tau sih kamu, tentang diri kamu?” atau “seberapa sayangkah kamu, pada diri kamu?”
Oya, tambahan. Mungkin saya bisa saja panggil beliau a’a.. hehe. Soalnya bahasa sundanya cukup fasih, tapi dia asli dari Yogyakarta lho.
Lagi lagi, Ka Deny ikut nimbrung kita yang lagi “melacur” (melayani curhat). Habis ketawa ketawa, ngebuli dan dibuli, cerita sana sini.. entah siapa yang mulai akhirnya kita sampai ngebahas soal kesabaran dan Tuhan.
Sebelumnya, Ka Deny juga bercerita tentang pengalaman barunya mengajar bahasa inggris.
Dan kalimat ini yang saya dapat: sebaik-baiknya belajar adalah adalah mengajar.
Bisa saya rasakan waktu seorang teman les bertanya beberapa soal kimia yang kemudian harus saya bawa pulang dan kembali memaksa saya untuk membuka buku yang telah lama sudah disimpan rapi dilemari. Kini yang awalnya saya tidak tau menjadi tau.
Dan saat-saat menjelaskan itulah, porsi atau tingkat kefahaman kita mungkin dua kali lebih banyak dibanding dengan belajar biasa.
Kalimat kedua: Tuhan tidak ingin kita berbicara kosong.
Maksudnya? Saat kita mengajari seseorang tentang kesabaran, sementara kita sendiri belum mampu sepenuhnya sabar, maka Tuhan akan memberi kita sebuah sentilan dengan menguji sedikit kesabaran kita.
Ya kurang lebih seperti cerita saya diatas tadi. Sure you understand?
Pendek kata, sama dengan..mengajari diri sendiri sebelum mengajari orang lain.
Habis cerita panjang lebar, terakhir membicarakan soal “arisan”. Akhirnya kami pulang sekitar pukul 01.15.
Saya pulang bersama Nina. Diperjalanan, didalam angkot tepatnya, kami masih cerita banyak sampai Nina turun lebih dulu dan saya harus mati-matian (lebay) mengingat-ingat dua kalimat ciptaan Ka Deny tadi. Huh!
TM, O51111 23.25
Masih banyak suara takbir diluar
Tidak ada komentar:
Posting Komentar