favim.com |
Matamu dapat aku lihat dari ujung dipan dikamar.
Kala menengadah memandang langit.
Wajahnya sayu dan mendung padahal masih pagi.
Percayalah, langit jendela pertemuan kita dengan semua orang.
Kini aku dapat melihat wajahmu dilangit.
Bukan awan. Dan tidak seperti lagu-awan yang membentuk wajahmu.
Hanya saja, kau masih bersisa dikepalaku.
Dalam memori yang tak mampu aku hapus sendiri.
Walau akan hilang dimakan waktu, dan aku berharap juga begitu.
Imajinasiku memang masih mampu menggambarkan senyummu.
Meski hidungmu yang mancung perlahan sirna dari pandanganku.
Dan dari hari ke hari, wajahmu semakin kabur dari hidupku.
Sampai saat ini aku masih rajin menggambar keluguan itu.
Seperti ada rasa takut kehilangan binar matamu.
Karena matamu selalu aku gambar di kanvas langit mendung
atau saat ribuan kelip bintang mengejekku,
menggoda kau dan aku.
Apalagi saat hujan turun.
Aku dapat melihat diriku pada matamu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar