Saat itu saya baru berpijak di lingkungan yang masih asing.
Saat jalanan masih lebar,
saat pagar rumah-rumah masih rapuh dan berkarat
serta pohon di dalamnya pun belum ditebang.
Saat harus mengerutkan dahi setiap tengah hari.
Saat angin sepoi-sepoi menerpa wajah-wajah ingusan.
Lembayung dan malam yang dingin
seakan memberi kedamaian dalam hati yang risau.
Nangkring diatas pohon,
Menyusuri jalan yang becek,
bertanah merah menyerupai anak tangga yang tak terhitung banyaknya.
Pohon bambu,
bunyi aliran air disungai yang deras,
Suara tonggeret yang memenuhi gendang telinga.
Bising, namun tetap sepi
seperti ruang kosong tak terisi.
Sehingga kamu dapat mendengar suaramu dari sudut-sudut yang lain.
Ada kawan dikanan dan kiri.
Mereka tertawa.
Denting piano yang mengakhiri alunan “Tak Ada Yang Abadi”
Membuat saya kembali.
Memang, tak ada yang abadi.
Tuhan, saya ingin suasana itu kembali suatu saat nanti.
*Jika tidak salah tonggeret itu dari bahasa sunda, yaitu sejenis hewan berisik yang hidup diatas pohon (di hutan-hutan).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar