Senin, 12 Desember 2011

Bintang




Bintang, jika aku matahari kamu mau jadi apa?
Orang-orang mungkin berfikir kita terpisah jauh.
Tapi kau tau, aku juga bagian darimu.

Mungkin orang-orang berfikir kita takkan bersatu.
Tapi air dan api saja bisa saling membantu.
Laut dan udara bisa menyatu.
Entahlah, aku hanya merasa beruntung memilikimu.



Bin, hari ini aku melihatmu dari sudut yang berbeda. Dari arah yang aku tak tau mana utara, selatan, barat, apalagi timur daya. Tapi kau hanya kukuh berdiri ditempat yang sama.
Meski kau memeluku sangat erat dengan kata-kata. Mengapa? Apa aku masih tak pantas?

Bin, cinta tidaklah sesederhana apa yang kau katakan. Tidak pula serumit apa yang aku jelaskan.
Cinta hanyalah saling melindungi, itu saja. 

Hhh.. tapi Bin, kau hanya nampak seperti bayi tangguh yang tertidur pulas. Menangis saat aku mengganggumu. Berhati-hati saat aku menyentuhmu.
Bin, apa aku masih tak pantas mendapatkan, seperti apa yang mereka dapatkan?
Apa aku masih tak pantas memiliki apa yang seharusnya aku miliki?
Kau mungkin tidak pernah sadar. Karena aku hanya diam. Diam, bahkan tetap diam saat kau menginjak kakiku.

Bintang, ketahuilah.. Bulan disana mulai melirik lirikan matanya untuk menarikmu. Cahayanya yang terang sangat mampu menggapai lenganmu yang terbentang dengan mudahnya. Aku tak tau harus berkata apa, karena kita terpisah jarak dan waktu. Ya, bagiku ini aneh karena kita berada dilangit yang sama.

Bintang, jika aku menjadi dirimu. Mungkin aku aku akan melintas malam dan menunggu matahari hingga pagi. Baiklah, aku tau itu beresiko. Mungkin aku mati membeku. Tapi aku mati untukkmu.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar