Rain..bow's Blog
Senin, 19 Desember 2011
Minggu, 18 Desember 2011
Cinta itu ?
Ada sebuah kisah tentang totalitas cinta yang dicontohkan Allah lewat kehidupan Rasul-Nya.
Pagi itu, meskipun langit telah mulai menguning, burung-burung gurun enggan mengepakkan sayap. Pagi itu, Rasulullah dengan suara terbata memberikan petuah, "Wahai umatku, kita semua ada dalam kekuasaan Allah dan cinta kasih-Nya. Maka taati dan bertakwalah kepada-Nya. Kuwariskan dua hal pada kalian, Sunnah dan Al-Qur`an. Barangsiapa mencintai Sunnahku, berarti mencintai aku. Dan kelak orang-orang yang mencintaiku, akan bersama-sama masuk surga bersamaku."
Khotbah singkat itu diakhiri dengan pandangan mata Rasulullah yang teduh menatap sahabatnya satu per satu. Abu Bakar menatap mata itu dengan berkaca-kaca, Umar dadanya naik-turun menahan napas dan tangisnya. Utsman menghela napas panjang dan Ali Menundukkan kepalanya dalam-dalam. Isyarat itu telah datang, saatnya sudah tiba. "Rasulullah akan meninggalkan kita semua," desah hati semua sahabat kala itu.
Manusia tercinta itu, hampir usai menunaikan tugasnya di dunia. Tanda-tanda itu semakin kuat, tatkala Ali dan Fadhal dengan sigap menangkap Rasulullah yang limbung saat turun dari mimbar. Saat itu, seluruh sahabat yang hadir di sana pasti akan menahan detik-detik berlalu, kalau bisa.
Matahari kian tinggi, tapi pintu Rasulullah masih tertutup, sedangkan di dalamnya, Rasulullah sedang terbaring lemah dengan keningnya yang berkeringat dan membasahi pelepah kurma yang menjadi alas tidurnya. Tiba-tiba, dari luar pintu terdengar ada yang berseru mengucapkan salam.
"Bolehkah saya masuk?" tanyanya.
Tetapi Fatimah tidak mengizinkannya masuk, "Maafkanlah, ayahku sedang demam," kata Fatimah yang membalikkan badan dan menutup pintu. Kemudian ia kembali menemani ayahnya yang ternyata sudah membuka mata dan bertanya kepada Fatimah, "Siapakah itu wahai anakku?"
"Tak tahulah aku Ayah, sepertinya ia baru sekali ini aku melihatnya," tutur Fatimah lembut. Lalu, Rasulullah menatap putrinya itu dengan pandangan yang menggetarkan. Satu-satu bagian wajahnya seolah hendak dikenang. "Ketahuilah, dialah yang menghapuskan kenikmatan sementara, dialah yang memisahkan pertemuan di dunia. Dialah malakul maut," kata Rasulullah.
Fatimah pun menahan ledakkan tangisnya. Malaikat maut datang menghampiri. Tetapi Rasulullah menanyakan mengapa Jibril tak ikut menyertai. Kemudian dipanggilah Jibril yang sebelumnya sudah bersiap di atas langit dunia menyambut roh kekasih Allah dan penghulu dunia ini.
"Jibril, jelaskan apa hakku nanti di hadapan Allah?" tanya Rasululllah dengan suara yang amat lemah.
"Pintu-pintu langit telah terbuka, para malaikat telah menanti rohmu. Semua surga terbuka lebar menanti kedatanganmu," kata Jibril. Tapi itu ternyata tak membuat Rasulullah lega, mata beliau masih penuh kecemasan. "Engkau tidak senang mendengar kabar ini?" tanya Jibril lagi.
"Kabarkan kepadaku bagaimana nasib umatku kelak?"
"Jangan khawatir, wahai Rasul Allah, aku pernah mendengar Allah berfirman kepadaku, 'Kuharamkan surga bagi siapa saja, kecuali umat Muhammad telah berada di dalamnya," kata Jibril.
Detik-detik semakin dekat, saatnya Izrail melakukan tugas. Perlahan roh Rasulullah ditarik. Tampak seluruh tubuh Rasulullah bersimbah peluh, urat-urat lehernya menegang.
"Jibril, betapa sakit sakaratul maut ini," lirih Rasulullah mengaduh.
Fatimah terpejam, Ali yang di sampingnya menunduk semakin dalam dan Jibril membuang muka.
"Jijikkah kau melihatku, hingga kaupalingkan wajahmu Jibril?" tanya Rasulullah kepada malaikat pengantar wahyu itu.
"Siapakah yang tega, melihat kekasih Allah direnggut ajal," kata Jibril.
Sebentar kemudian terdengar Rasulullah memekik, karena sakit yang tak tertahankan lagi, "Ya Allah, dahsyat niat maut ini, timpakan saja semua siksa maut ini kepadaku, jangan kepada umatku…."
Badan Rasulullah mulai dingin, kaki dan dadanya sudah tak bergerak lagi. Bibirnya bergetar seakan hendak membisikkan sesuatu, Ali segera mendekatkan telinganya.
"Uushiikum bis shalati, wa maa malakat ai manuku, peliharalah shalat dan santuni orang-orang lemah di antaramu"
Di luar pintu tangis mulai terdengar bersahutan, sahabat saling berpelukan. Fatimah menutupkan tangan di wajahnya, dan Ali kembali mendekatkan telinganya ke bibir Rasulullah yang mulai kebiruan.
"Ummatii, ummatii, ummatiii?" - "Umatku,umatku, umatku"
Dan, pupuslah kembang hidup manusia mulia itu.
Kecintaan dan perhatian Rasulullah Saw kepada umatnya tak pernah lekang oleh waktu.
Diriwayatkan dari Abu Hurairah, bahwa Rasulullah Saw telah bersabda, “Aku adalah pemimpin anak Adam di hari Kiamat dan yang pertama kali keluar dari bumi. Aku adalah pemberi syafaat pertama dan yang pertama diterima syafaatnya.” (shahih Muslim, VII, hal. 59)
Seperti dikisahkan dalam kitab Daqa’iq Al-Akhbar :
Ketika alam ini dalam keadaan sunyi karena semua makhluk Allah telah mati, maka Allah menghidupkan malaikat Jibril, Mikail, Israfil dan Izrail. Mereka lalu diperintahkan Allah untuk mencari kuburan Muhammad Saw. Setelah mereka menemukan makam beliau, maka malaikat Israil memanggilnya, “Wahai Muhammad, bangunlah untuk memutuskan hukum dan hisab serta untuk menghadap Zat Yang Maha Penyayang.”
Akhirnya pecahlah kubur tersebut, ketika itu, Rasulullah Saw duduk dalam kuburnya sedang membersihkan debu dari kepala dan jenggotnya. Lalu malaikat Jibril memberikan kepada beliau dua pakaian dan kendaraaan Buraq. Selanjutnya Rasulullah Saw bertanya kepada Jibril, “Wahai Jibril, hari apa ini?” Jibril menjawab, “Ini adalah hari kiamat, hari kerugian, hari penyesalan, hari Buraq, hari berpisah dan hari bertemu.”
Kemudian Rasulullah Saw berkata, “Wahai Jibril, gembirakanlah aku.” Jibril berkata, “Surga benar-benar telah dihias karena kedatanganmu, neraka telah ditutup.” Rasulullah Saw berkata kepada Jibril, “Aku tidak bertanya tentang hal tersebut tetapi aku meminta penjelasan kepadamu tentang umatku yang banyak berdosa, barangkali kamu meninggalkan mereka di Shirat (Jembatan penyebrangan yang ada diatas neraka).” Israfil menjawab, “Wahai Muhammad, demi kemuliaan Tuhanku, aku belum meniup Sangkakala untuk membangkitkan makhluk Allah sebelum kamu bangkit lebih dahulu.” Selanjutnya beliau berkata, “Sekarang hatiku bahagia dan menjadi segar mataku.” Kemudian Rasulullah Saw mengambil mahkota dan pakaian., setelah memakai mahkota dan pakaian beliau lalu naik Buraq.
Maha Suci Allah dan Rasul-Nya. Hal terakhir yang dipikirkannya sebelum Rasulullah meregangkan nyawa adalah umatnya, begitu juga ketika beliau Saw dibangunkan kembali pada hari perhitungan itu, hal pertama yang beliau pikirkan adalah umatnya. Betapa malunya hati ini yang telah begitu diperhatikan oleh Rasulullah, jungjungan kita, dari waktu ke waktu. Sedangkan umatnya seringkali lalai dan lupa hanya sekedar untuk bershalawat kepadanya diawal waktu kita memulai hari maupun diakhir hari kita.
Kini, mampukah kita mencinta sepertinya? Allahumma shali 'ala Muhammad wabaarikwasalim 'alaihi. Rindu ini begitu menggebu kepadamu yaa Rasulullah.. panggillah kami di hari perhitungan nanti sebagai umatmu yang diberi syafaat olehmu, Duhai Ra’ufun Rahim (yang penyantun dan penyayang)…
Betapa cintanya Rasulullah kepada kita. Kirimkan kepada sahabat-sahabat muslim lainnya agar timbul kesadaran untuk mencintai Allah dan Rasul-Nya, seperti Allah dan Rasulnya mencinta kita karena sesungguhnya selain daripada itu hanyalah fana belaka.
source: here
Sabtu, 17 Desember 2011
menyesal
“Huhuhu...” sikuning terus menangis meratapi tubuhnya yang cacat.
“Ning.. aku tidak sengaja.” Rayu simerah.
Sikuning sedang menemani sihijau jalan-jalan kemarin. Disekitar taman yang tidak terlalu luas, hanya dipenuhi semak dan alang-alang. Hingga tragedi itu terjadi.
Sikuning sama sekali tidak menyadari kehadiran simerah yang berlari tanpa kendali.
“padahal kamu bisa menghindar ning!” simerah tetap, tidak mau kalah dan tidak mau salah.
Sikuning semakin menjadi dengan tangisnya. Ia merasa menyesal, benar-benar meyesal. Andai saja ia tetap dalam kotak rumahnya sore itu, simerah mungkin tak sampai menodai warna kuning terang kebanggaan orang itu.
Sudah jatuh tertimpa tangga. Setidaknya itu yang dirasakan sikuning. Simerah menabrak sikuning dari arah belakang, saat minyak menghalangi jalannya.
Sikuning yang jatuh lantas terciprati oleh warna merah nan mencolok.
“Kuning, aku tak mampu memisahkan antara dirimu dengan simerah. Tapi aku bisa menjadikannya satu. Coba, berputarlah” kata sihijau sambil memegangi sebilah kuas yang siap memulas.
Kemudian, tampilah jingga terang. Yang sering disebut orange. Sikuning sangat senang, warnanya kini lebih mirip dengan lagit sore dimana setiap warna sering berkumpul untuk melihatnya.
“Ada orange diantara kuning dan merah. Kami ada untuk saling melengkapi, bukan menyakiti” terlintas dalam benak sikuning.
“Penyesalan” sebuah kata yang hidup dalam hati-hati manusia yang rapuh. Hati yang putus asa.
Terkadang penyesalan juga menjadi warna. Tapi sayang, penyesalan itu hanya sisa-sisa. Ibarat nasi sudah menjadi bubur. Meratapinya hanya akan membuat kepala pening. Semakin rapuh dan semakin putus asa. Semakin dan semakin jatuhlah mereka yang dibudaki sesal.
Kapan terakhir kamu menyesal?
Penyesalan itu akibat. Penyesalan itu alat. Tentu saja, agar kami jera.
Maka, gambarlah penyesalanmu itu menjadi sesuatu yang berharga dan istimewa .
Karena Tuhan menciptakan alam bukan tanpa sebab. Karna Tuhan menciptakan kehidupan bukan tanpa manfaat, sekalipun itu sebuah penyesalan.
Rabu, 14 Desember 2011
Kehilangan
Tuhan mungkin mengerti
Kala bersedih hati
Ini hanyalah mimpi
Bahkan pada tulisan sebelum ini
Mimpi, kemudian terjadi
Keingginan yang diutarakan penuh emosi
Mungkin aku tau kapan hari kehilangan itu akan tiba. Akan datang saatnya dimana Tuhan akan mengambil kembali apa yang menjadi milikNya, apa yang Tuhan dipinjamkan untuk kami. Bukan sepenuhnya kehilangan, hanya saja Tuhan ingin mengganti dengan yang lebih baik, mungkin jauh lebih baik. Meski dengan sedikit paksaan, dan sedikit pertengkaran.
Kehilangan hanya batas antara masa lalu dan masa depan. Mungkin kita berteriak “selamat datang masa depan” disaat yang sama kita menangis, mengenang masa kehilangan. Ini juga pernah aku rasakan saat harus pindah sekolah, atau saat kelulusan masa SMA. Kehilangan ibarat buku jatuh, yang isinya tak mungkin berceceran. Kenangannya tetap melekat kuat, karena kita telah menjelajahi isinya. Melipat disudut kertasnya, dibuka, ditutup, bahkan pernah menyelipkan setangkai mawar disana. Apapun, tetap saja kehilangan harus dihadapi.
Suatu saat, kita akan memiliki apa yang ingin kita miliki nanti. Kemudian ia akan hilang lagi.
Karena itulah kita harus siap. Siap saat memiliki dan siap kehilangan.
Seperti kata seorang teman “bukan berani, tapi siap!” Sangat kritis. Memang, ada benarnya.
Segala sesuatu harus dihadapi dengan siap bukan berani. Karena ada perbedaan besar antara keduanya. Berani belum tentu siap. Setiap orang bisa mengandalkan keberanian dalam segala hal.
Tapi ia mungkin tidak akan siap menghadapi setiap kemungkinan yang akan terjadi akibat keberaniannya tadi. Namun ketika seseorang merasa siap, sudah dipastikan ia akan berani. Berani karena ada persiapan sebelumnya.
Balik lagi soal kehilangan.
Kehilangan ada untuk mengajarkan kita cara bersyukur saat memiliki. Karena keberadaan tidak untuk disia-siakan. Pada saat yang sama, mungkin kita akan merasa kecewa, murung, lelah apalagi harus mencari. Tetapi kehilangan juga harus dinikmati,seperti rasa kopi.
Senin, 12 Desember 2011
Bintang
Bintang, jika aku matahari kamu mau jadi apa?
Orang-orang mungkin berfikir kita terpisah jauh.
Tapi kau tau, aku juga bagian darimu.
Mungkin orang-orang berfikir kita takkan bersatu.
Tapi air dan api saja bisa saling membantu.
Laut dan udara bisa menyatu.
Entahlah, aku hanya merasa beruntung memilikimu.
Bin, hari ini aku melihatmu dari sudut yang berbeda. Dari arah yang aku tak tau mana utara, selatan, barat, apalagi timur daya. Tapi kau hanya kukuh berdiri ditempat yang sama.
Meski kau memeluku sangat erat dengan kata-kata. Mengapa? Apa aku masih tak pantas?
Bin, cinta tidaklah sesederhana apa yang kau katakan. Tidak pula serumit apa yang aku jelaskan.
Cinta hanyalah saling melindungi, itu saja.
Hhh.. tapi Bin, kau hanya nampak seperti bayi tangguh yang tertidur pulas. Menangis saat aku mengganggumu. Berhati-hati saat aku menyentuhmu.
Bin, apa aku masih tak pantas mendapatkan, seperti apa yang mereka dapatkan?
Apa aku masih tak pantas memiliki apa yang seharusnya aku miliki?
Kau mungkin tidak pernah sadar. Karena aku hanya diam. Diam, bahkan tetap diam saat kau menginjak kakiku.
Bintang, ketahuilah.. Bulan disana mulai melirik lirikan matanya untuk menarikmu. Cahayanya yang terang sangat mampu menggapai lenganmu yang terbentang dengan mudahnya. Aku tak tau harus berkata apa, karena kita terpisah jarak dan waktu. Ya, bagiku ini aneh karena kita berada dilangit yang sama.
Bintang, jika aku menjadi dirimu. Mungkin aku aku akan melintas malam dan menunggu matahari hingga pagi. Baiklah, aku tau itu beresiko. Mungkin aku mati membeku. Tapi aku mati untukkmu.
Minggu, 11 Desember 2011
Banana scrub menghaluskan kulit tubuh
Kandungan gizi yang terdapat dalam setiap buah pisang matang adalah 99 kalori, protein 1,2 gram, lemak 0,2 gram, karbohidrat 25,8 mg, serat 0,7 gram, kalsium 8 mg, fosfor 28 mg, besi 0,5 mg, vitamin A 44 RE, vitamin B 0,08 mg, vitamin C 3 mg dan air 72 gram.
Bahan-bahan yang di perlukan untuk membuat ramuan scrub adalah:
1. Pisang, pilih yang masih segar tentunya
2. 3 sendok makan gula pasir
3. 1 sendok makan baby oil
Cara-nya:
1. Hancurkan 2 buah pisang segar tersebut sampai halus.
2. Lalu campur sampai rata dengan 3 sendok makan gula pasir serta baby oil.
3. Aplikasikan scrub tersebut ke seluruh kulit dan lalukan rutin seminggu sekali
source : here
Langganan:
Postingan (Atom)